Tementemen pada video kali ini kita belajar perbedaan panggilan atau sebutan paman dan bibi dari ayah dan ibu dalam bahasa Arab.Silahkan simak videonya ya.S WZrgaL. Bangsa Indonesia terkenal akan ragam budaya dan bahasanya yang sangat kaya. Ada sekitar suku bangsa dengan 718 bahasa yang berbeda-beda. Wow! Angka yang fantastis bukan? Sapaan untuk orang tua pun berbeda-beda di tiap daerah. Nah, di artikel ini kami membahas panggilan untuk ayah dalam Bahasa Bali. Mengenal dan mempelajari budaya bangsa sendiri amatlah penting. Kalau bukan kita sendiri yang melestarikannya, lalu siapa lagi? Lagi pula mempelajari bahasa daerah juga sebenarnya menyenangkan dan dapat melatih otak, lo! Meskipun bukan orang Bali asli, tak ada salahnya untuk mengenal sedikit kebudayaan Bali untuk menambah wawasan kita. Pengenalan budaya ini bisa dimulai dengan pelajaran sederhana yakni panggilan ayah dalam Bahasa Bali yang tentu saja berbeda dengan bahasa daerah lainnya. Yuk, kita simak! 5 Jenis Panggilan Ayah dalam Bahasa Bali 1. Aji atau Ajik Foto Cohn Panggilan ayah yang pertama adalah Aji atau yang di beberapa kesempatan disebut juga dengan Ajik. Sapaan ini digunakan untuk memanggil seorang ayah, ayah mertua, atau lelaki yang dituakan. Panggilan ini digunakan oleh keluarga dari triwangsa. Triwangsa adalah golongan dari kasta brahmana, ksatria, dan waisya. Contoh penggunaan Ajik dalam kalimat; “Bin pidan payu luas ka Lombok, Jik?” Artinya Kapan jadi berangkat ke Lombok, Ayah? Artikel terkait 4 Syarat Ini Wajib Dipenuhi Jika Parents Berlibur ke Bali di Masa Pandemi 2. Ajung, Termasuk Salah Satu Panggilan Ayah dalam Bahasa Bali Kata sapaan Ajung memiliki fungsi yang mirip dengan Aji dan digunakan oleh para bangsawan. Bedanya istilah ini hanya umum dipakai oleh orang-orang dari kasta ksatria, khususnya orang-orang yang bergelar Anak Agung ataupun Cokorda. Contoh penggunaan Ajung dalam kalimat; “Dija ada anak ngadep nasi sela, Jung?” Artinya Di mana ada orang menjual nasi ketela, Yah? 3. Pa atau Bapa Foto Sapaan ayah yang satu ini terdengar akrab di telinga kita karena sama dengan panggilan ayah pada umumnya yakni Bapak. Selain ditujukan bagi seorang ayah, panggilan Bapa juga biasanya digunakan untuk menyapa laki-laki yang sudah tua. Berbeda dengan Ajik dan Ajung, istilah Bapa ini hanya digunakan oleh orang-orang yang berasal dari kasta sudra atau jaba. Contoh penggunaan Bapa dalam kalimat; “Tiang lakar luas ka Jakarta, Bapa.” Artinya Saya mau berangkat ke Jakarta, Ayah. Artikel terkait Sebelum berlibur ke Bali, cek rekomendasi hotel ramah anak ini yuk, Bun! 4. Nang atau Nanang Selain Bapa, orang-orang dari kasta sudra atau wangsa jaba juga memiliki sebutan lain untuk seorang ayah atau ayah mertua, yaitu Nanang. Tidak diketahui pasti asal-muasal kata ini, yang jelas pemakaiannya di masyarakat berbaur dengan sebutan Bapa. Hanya saja, pergeseran zaman membuat istilah ini makin jarang digunakan dan seringkali hanya didengar di daerah pedesaan. Contoh penggunaan Nanang dalam kalimat; “Nyen ngejang baju daki dini, Nang?” Artinya Siapa yang menaruh baju kotor di sini, Ayah? 5. Guru Jika pada umumnya guru adalah sebutan untuk pengajar, di Bali, sapaan ini tidak hanya ditujukan untuk seorang pengajar saja. Di beberapa daerah, istilah Guru juga merujuk pada ayah. Penggunaan kata guru untuk memanggil ayah tidak lepas dari ajaran Catur Guru dalam agama Hindu. Catur Guru adalah Guru Swadyaya Tuhan yang maha kuasa, Guru Wisesa Pemerintah, Guru Pengajian guru di sekolah dan Guru Rupaka orangtua. Empat guru itulah yang patut disembah, dihargai dan dihormati sesuai ajaran sehingga manusia terbebas dari kegelapan Awidya menuju kepada pencerahan Widya. Dalam keluarga, ayah berperan sebagai guru rupaka, karena itu sapaan guru juga dipakai sebagai panggilan untuk ayah. Istilah ini biasanya hanya digunakan oleh kasta sudra. *** Itulah kelima panggilan untuk ayah dalam Bahasa Bali. Namun, perkembangan zaman telah membuat pergeseran kebiasaan sehingga beberapa bagian masyarakat mulai meninggalkan penggunaan kata sapaan ini. Di beberapa daerah, terutama perkotaan, orang-orang sudah biasa mengganti sapaan Ajik, Ajung, Nanang dsb dengan sebutan bapak, ayah, dan bahkan papa. Apakah Parents masih menggunakan panggilan dalam Bahasa Daerah di rumah? Membiasakaan menggunakan bahasa daerah atau panggilan dalam bahasa daerah pada anak juga perlu, agar si kecil tak melupakan jati dirinya. Baca juga Biar Makin Harmonis sama Pasangan, Pilih 50 Panggilan Sayang Ini Untuknya! Tak Sekadar Romantis, Ini Manfaatnya Jika Bunda Punya Panggilan Sayang untuk Suami Sate Ayam Ala Bali, Variasi Sate Ayam yang Lezat dan Bergizi Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android. Ilustrasi Panggilan Sayang Bahasa Jawa, Apa Saja? Foto PexelsLadies, ada yang tertarik buat belajar panggilan sayang bahasa Jawa? Nyatanya, bahasa Jawa merupakan bahasa ketiga yang diucapkan paling banyak di Indonesia, lho. Makanya enggak heran apabila banyak kosakata dalam bahasa Jawa yang mulai digunakan dalam percakapan hubungan asmara, bahasa Jawa juga memiliki sebutan spesial untuk para kekasih, nih. Tentunya panggilan sayang ini akan membuat kamu dan doi semakin dekat, ya. Terutama jika nama panggilan ini hanya dirancang untuk diri itu, panggilan sayang bisa menandakan kondisi hubungan asmara yang sedang berlangsung. Apabila kamu sering menggunakannya, berarti ada keharmonisan dan ketertarikan dalam Sayang Bahasa Jawa, Apa Saja?Ilustrasi Panggilan Sayang Bahasa Jawa. Foto PexelsDikutip dari berbagai sumber, berikut panggilan sayang bahasa JawaPanggilan sayang bahasa Jawa yang pertama adalah mbak. Di awal, mbak hanya digunakan untuk menyebutkan kakak perempuan. Akan tetapi, beberapa masyarakat Jawa memakai panggilan ini untuk menyebutkan anak perempuan dari paman dan makna panggilan itu pun berubah seiring perkembangan zaman. Bagi kaum muda, ada kemungkinan orang akan memanggil kamu dengan mbak. Sementara, pasangan laki-laki juga bisa memanggil kekasihnya dengan sebutan dengan mbak, panggilan mas ini juga awalnya hanya untuk kakak laki-laki. Selain itu, kamu juga bisa memanggil anak laki-laki dari paman dan bibi dengan istilah panggilan ini juga telah digunakan untuk merujuk pada kaum laki-laki muda. Pasalnya, sebutan ini juga dianggap sebagai penghargaan dari pihak yang lebih panggilan kang mas juga digunakan sebagai panggilan sayang dari istri ke para pasangan wanita, kamu bisa menggunakan sebutan ini untuk si doi. Jangan-jangan doi bakal tersipu malu, ayu adalah panggilan untuk wanita kesayangan. Jadi jika suaminya dipanggil dengan kang mas, istrinya dipanggil dengan dek seperti panggilan kakak-adik, tapi panggilan ini bisa menggambarkan suami yang sebagai orang yang memimpin keluarga layaknya kakak yang lebih tua dan istri sebagai orang yang perlu dilindungi dan diayomi seperti adik. Awalnya berupa singkatan dari gendhuk, panggilan ndhuk ini digunakan orang tua untuk memanggil anak tetapi, beberapa pasangan juga mulai menggunakan istilah ini untuk memanggil kekasih wanita. Contohnya, Arya Saloka dan istrinya, Putri Anne. Arya mengaku bahwa ia kerap memanggil istrinya dengan ndhuk. Sebaliknya, sang istri memanggilnya dengan sebutan Sayang dalam Bahasa Daerah LainnyaIlustrasi Panggilan Sayang dalam Bahasa Daerah Lainnya. Foto PexelsSelain bahasa Jawa, panggilan sayang lainnya dapat ditemukan dalam bahasa daerah lainnya di Indonesia. Berikut kumpulan panggilan sayang dalam bahasa daerah lainnyaDi Jawa Barat, terdapat panggilan sayang neng, nyai, dan akang dalam bahasa Sunda yang umumnya digunakan oleh masyarakat wanita, para pasangan pria biasanya akan memanggil dengan nyai atau neng yang artinya perempuan tercinta. Sementara, para pasangan wanita akan memanggil pria dengan akang untuk menunjukkan rasa hormat dan kasih terdapat pula beberapa panggilan sayang dalam bahasa Bali. Umumnya, mereka akan menggunakan istilah eman untuk menyebutkan satu sama lain. Pasalnya, eman berarti gairah sehingga panggilan ini dapat dipakai untuk pria mau pun itu, terdapat istilah bli dan adi yang awalnya menggambarkan hubungan persaudaraan. Namun, kini kedua istilah itu dapat pula digunakan untuk menggambarkan cinta pada bli digunakan untuk pria karena istilah ini juga memiliki makna saudara laki-laki. Sebaliknya, adi untuk wanita karena istilah ini berarti saudara panggilan sayang dalam bahasa Batak, yakni holong, hashian, asian, dan mantaut yang dapat digunakan oleh pria atau pun wanita. Pasalnya, keempat sebutan ini memiliki makna kekasih atau orang yang paling tambahan, kamu juga bisa menggunakan istilah butta untuk wanita. Sebutan ini dipakai bagi nama keluarga dari pihak arti bli dalam bahasa Bali?Apa panggilan sayang dalam bahasa Sunda untuk perempuanApa saja panggilan sayang dalam bahasa Batak? Sumber Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar nomer 4 menurut Dengan peringkat ke 4 sebagai penduduk terbesar dunia indonesia memiliki banyak juga ragam suku dan budaya alhasil dijuluki bhinneka tunggal ika. Artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua. banyaknya suku dan budaya Indonesia jadi kaya akan bahasa. Bahasa merupakan tanda kemampuan gerak tubuh atau kata yang digunakan oleh seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dalam kesempatan kali ini akan membahas tentang panggilan-panggilan yang biasa digunakan orang bali untuk menyapa. Menyapa sesama dengan tujuan untuk menciptakan suasana keharmonisan. Panggilan Sapaan untuk Orang Bali Saat pertama kali berkunjung ke bali alangkah baiknya kita mempelajari terlebih dahulu Bahasa dan budaya yang ada disana. Minimal kita tahu bagaimana menyapa saat kita berpapasan dengan orang lain. Karena Bahasa dapat menjadikan kita lebih dekat dengan masyarakat local. Keramahan-keramahan dari orang bali ataupun dari daerah lain dapat semakin terasa jika kita terlebih dulu tau dan mempelajarinya. Banyak oaring yang familiar dengan sapaan “bli”. Tapi apa hanya bli saja ? pada kesempatan kali ini akan membahas tentang panggilan yang biasa digunakan untuk menyapa orang bali Bli laki-laki Sapaan yang pertama Ketika bertemu orang bali yang sangat popular yaitu bli, sapaan bli sangat familiar sekali pastinya, kata ini digunakan Ketika kalian bertemu orang bali laki-laki yang lebih tua, tapi tidak tua-tua sekali, atau bisa juga orang yang seumuran tapi tidak kenal akrab atau baru ketemu. Saapan Bli untuk kalian yang belum kenal dengan oaring yang anda temui dalam tata Bahasa bali kata ini diarasa paling halus atau paling sopan untuk menyapa orabf bali yang baru anda kenal. Gus Adik Laki-Laki Sapaan kedua yaitu Gus. Kata ini diambil dari Bahasa balinya “bagus” yang berarti ganteng atau tampan. Gus ini dalam artian Bahasa Indonesia yaitu adik/adek. Karena adek pasti lebih muda dari pada kita, jadi kata ini digunakan Ketika kalian bertemu dengan orang bali yang lebih muda dari kalian berapa pun selisih umurnya. Sapaan gus juga bisa digunakan Ketika kita bertemu orang bali yang seumuran tapi dengan cataan sudah pernah bertemu sampai bertegur sapa tapi tidak tahu namanya. Catatan nih jangan sampai kalian memanggil orang yang baru kalian temui atau baru kenal dengan sapaan gus karena kata ini dirasa tidak sopan. Mbok Perempuan Sapaan selanjutnya yaitu “mbok”. Pasti dipikiran kalian langsung muncul mbok ? simbok ? emak ? simbah ?. dalam kultur jawa dan familiarnya disana mbok adalah panggilan untuk orang yang sudah tua, sudah memiliki anak bahkan cucu. Namun di bali berbeda, Bahasa bali mbok biasa digunakan untuk menyapa perempuan yang lebih tua tapi tidak terlalu tua sekali, atau bisa juga dalam Bahasa Indonesia diartikan mba’. Saapan mbok untuk kalian yang belum kenal dengan orang yang anda temui dalam tata Bahasa bali kata ini di rasa paling halus atau paling sopan untuk menyapa perempuan bali yang baru kita kenal. Gek Adik Perempuan Sapaan berikutnya yaitu Gek. Kata ini diambil dari Bahasa balinya “Jegeg=Geg=Gek” yang berarti cantik. kata gek ini dalam artian Bahasa Indonesia yaitu adik/adek perempuan. Karena adek pasti lebih muda dari pada kita, jadi kata ini digunakan Ketika kalian bertemu dengan orang bali perempuan yang lebih muda dari kalian berapa pun selisih umurnya atau bisa juga digunakan untuk yang seumuran. Catatan Ketika kalian seorang perempuan kemudian ada orang yang lebih muda dari kalian menyapa kalian dengan sapaan gek ini dapat diartikan atau dikonotasikan kemungkinan besar kalian sedang digoda atau dirayu. Bli Bagus Laki-Laki Untuk sapaan yang ini jarang ditemui, misal kalian disapa oleh perempuan bali dengan sapaan “bli bagus” kalian beruntung sekali. Sapaan “bli bagus” memiliki konotasi menggoda atau merayu kalo di jawa mirip dengan “kang mas”. Atau jika kalian seorang perempuan bisa digunakan untuk panggilan saying ke pacarnya. “bli bagusnya aku” pasti langsung deg deg serrrrr wkwkwk. Jero Orang Penting Panggilan sapaan “jero” ini biasa digunakan sebagai panggilan penghormatan. “jero” dapat digunakan Ketika kalian bertemu dengan pemuka agama atau oaring yang drajat/kastanya lebih tinggi. Penggunaan kata “jero” biasanya seperti Jero Mangku ataupun sapaan Jero yang disambung dengan nama. Sapaan lain yang ditujukan untuk pemuka agama selain jero juga bisa menggunakan ratu aji atau boleh juga disingkat tuaji. Bagi pemuka agama yang belum menikah biasanya dipanggil dengan gus aji Pekak Orang Tua Sapaan pekak ini digunakan untuk orang yang sudah berumur atau sangat tua. Tepatnya adalah pekak atau dapat disingkat kak. Alternatif lain juga bisa menggunakan sapaan wayah atau datuk. Jegeg atau Geg Cantik Jegeg atau Geg ini bisa digunakan untuk menyapa remaja perempuan di bali. Jegeg sendiri memiliki arti cantik. Ida Ayu atau Dayu Ida ayu atau bisa juga Dayu, sapaan ini mungkin tidak familiar karena lebih tepatnya digunakan untuk menyapa Wanita yang berasal dari kasta brahmana. Kasta Brahmana merupakan kasta tertinggi dalam bali. Kaum Brahmana bertugas dalam menjalankan upacara- upacara keagamaan. Nini Nenek Sapaan nini ini digunakan untuk menyapa ninik atau nenek. Tapi ada juga yang menyebut sapaan ninik ini dengan odah, niyang, atau dadong. Artinya sama nenek. Namun yang lebih familiar yaitu nini atau ninik. Men Sapaan Men, pasti dibenak kalian mengira kalo ini pasti sapaan untuk laki-laki, jika benar begitu kalian salah. Sapaan men ini digunakan untuk mrnyapa Wanita bli yang usianya sudah berumur atau tua. Bisa juga Mek atau Meme, biasanya men ini digunakan untuk mengganti panggilan ibu. Misalnya ibu Nyoman bisa diganti Men Nyoman. Maman dan Wak Paman dan Bibi Kalau sapaan ini pasti familiar kan di telinga kalian. Maman atau wak ini memiliki arti paman maman dan wak bibi. Bisa juga menggunakan sapaan “Meme” atau “Men” atau “Mek” singkatan dari “Emek” yang artinya ibu. Penggunaannya ditambahkan dengan namanya. contohnya Mekman singkatan dari Meme Nyoman atau Ibu Nyoman, bisa juga diartikan ibu dari Nyoman. Semoga bermanfaat, adapun jika terdapat kesalahan penulisan maupun kata dapat dibenarkan melalui kolom komentar, hujatan akan menimbulkan hal yang tidak baik untuk mental. Mari kita saling menjaga satu sama lain untuk keharmonisan dalam bersosial. Jangan lupa dipraktekkan yah. Terimakasih untuk yang sudah berkunjung. Kata panggilan untuk om paman dan bibi tante dalam Bahasa Bali cukup bermacam-macam di Bali. Tergantung daerah dan tradisi masing-masing. Panggilan untuk om dan tante inipun biasanya hanya berlaku di lingkungan keluarga dan kerabat saja. Kalau untuk orang yang belum dikenal biasanya dengan kata yang umum saja seperti “Bapak” atau “Ibu”. Panggilan untuk om atau paman dalam bahasa Bali juga biasanya tergantung dari umur om / paman. Maksudnya apakah beliau itu lebih tua atau lebih muda dari ibu atau ayah kita, karena panggilannya bisa menjadi berbeda. Berikut ini beberapa panggilan untuk om / paman dan tante / bibi dalam bahasa Bali Wa dibaca wo diikuti dengan nama, misalnya Wa Made, Wa Ketut Wa Putu, dan lain2. Belakangan kata “wa” juga seringkali berubah menjadi “wak”. Oya, kata “wa” atau “wak” ini dalam bahasa Bali juga bisa digunakan untuk om paman ataupun tante bibi. Dan yang terpenting, panggilan “wa” ini umumnya digunakan untuk yang umurnya lebih tua daripada ayah/ibu / ajik / ji diikuti dengan nama, misalnya Ajik Made / Jide, Ajik Ketut / Jitut, Ajik Putu / Jitu, Jikgus dan lain-lain, tergantung dari kebiasaan panggilan sejak seseorang masih kecil. Panggilan Aji / Ajik ini dalam bahasa Bali sebenarnya berarti ayah/bapak, dan digunakan juga untuk memanggil om atau paman lalu diikuti dengan nama panggilan. Panggilan ini khusus untuk paman / om, tidak bisa digunakan untuk bibi. Dan panggilan ini biasanya khusus untuk yang umurnya lebih muda dari ayah/ibu kita. Oya, panggilan ini juga merupakan bahasa halus yang umumnya digunakan di kalangan diikuti dengan nama. Panggilan ini digunakan untuk om atau paman dalam bahasa Bali. Polanya sama dengan Aji / Ajik, hanya saja digunakan di kalangan tertentu juga. Kata Nang atau Nanang sendiri artinya ayah / / Bu diikuti dengan nama. Ini merupakan panggilan untuk tante atau bibi dalam bahasa Bali halus. Polanya juga sama dengan Aji, hanya saja ini untuk yang / Me diikuti dengan nama. Ini merupakan panggilan untuk tante atau bibi, bisa dikatakan ini polanya sama dengan Nang, hanya saja ini untuk yang perempuan. Sebagai catatan, panggilan untuk om / paman dan tante / bibi dalam Bahasa Bali menurut saya sangat bervariasi. Tergantung dari situasi dan kondisi dan juga tradisi atau kebiasaan di masing-masing keluarga atau lingkungan. Bagi pembaca yang kebetulan orang Bali, silahkan dikoreksi atau diralat jika ada yang keliru atau kurang. Demikian informasi tentang panggilan dalam bahasa Bali untuk om atau paman dan tante atau bibi. Semoga bisa memberikan sedikit gambaran informasi bagi yang ingin tahu panggilan dalam bahasa Bali. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dalam pelajaran bahasa Indonesia dulu saya seringkali mendengar istilah paman dan bibi merujuk pada saudara ayah atau Ibu kita. Tapi dalam dunia nyata saya sepertinya tidak pernah mendengar istilah tersebut. Umumnya orang orang disekitar saya lebih terbiasa memanggil om dan tante. Hal ini terutama terjadi pada keluarga muda yang anak pertamanya berusia di bawah 10 muncul di benak saya, bukankah istilah paman dan Bibi sepertinya sudah ketinggalan zaman ? apakah istilah ini 20 tahun yang akan datang akan hilang dan sekedar menjadi sebuah perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia yang sudah sulit ditemui di dunia nyata?Hal yang sama saya temui juga dengan istilah bapak dan Ibu untuk mengacu pada panggilan ayah dan Ibu. Panggilan yang umum pada zaman dulu, tapi sekarang sudah mengalami penyempitan makna. Orang di sekitar saya tidak ada yang memanggil orangtua dengan sebutan bapak dan ibu, tapi papa mama. Atau abi umi. Bagi saya sah sah saja. Saya hanya menyoroti bahwa panggilan bapak dan ibu sekarang hanya untuk mengacu pada panggilan formal, misalnya Bapak Johan, Ibu Widya dll, tapi untuk panggilan akrab antara anak dan orang tua maka tidak ada panggilan hal ini masih mending. Bagaimana dengan istilah Pak lek dan Bu Lek yang artinya sama dengan istilah om dan tante dalam bahasa Jawa? Generasi mudayang masih anak anak sudah tidak mengenai istilah seperti ini sepertinya karena sudah jarang dipakai kecuali oleh orang tua mereka yang merupakan generasi lama memanggil pak Lek dan Bu Lek mereka, tapi tidak diajarkan untuk anak anaknya. Bahkan family saya yang ada di desa sudah mulai membiasakan anak anakyang masih kecil untuk panggilan om dan tante kala bertemu dengan kami. Panggilan Bu Lek dan pak Lek hanya untuk generasi sebelumnya atau yang sudah beranjak sosiologi sudah dikenal istilah perubahan social budaya. Dan Saya rasa ini termasuk perubahan social budaya dalam hal bahasa di budaya jawa dimana generasi sekarang sepertinya akan merasa tertinggal dan tidak modern kalau menggunakan istilah ndeso semacam itu, dan harus menggunakan istilah yang lebih modern. Perubahan ini social budaya ini berjalan secara lambat tapi sangat terasa. Tidak ada penolakan dan resistensi dalam masyarakat karena dianggap tidak membahayakan semacam pornografi atau budaya kekerasan. Kita hanya merasa semakin aneh kala mendengar istilah lama dalam kehidupan sehari hari karena semakin jarang juga sepertinya juga tidak mampu memberikan suatu perlawanan yang berarti, karena ayah saya juga biasa biasa saja termasuk bercakap cakap dengan cucu cucunya yang sudah dibiasakan sejak kecil untuk selalu berbicara dalam bahasa Indonesia. Pernah dicoba untuk berbicara dalam bahasa jawa untuk cucunya yang masih kecil dan sang cucu tidak paham sama sekali sementara diajak bahasa Indonesia langsung paham, padahal sang cucu hidup di Kota Solo, bukan di Jakarta lho. Akhirnya ya ayah saya selalu bercakap cakap dengan bahasa Indonesia, dan ketularan menggunakan hal yang sama dengan cucu cucu lain dari anak yangberbeda padahal cucu cucu lain yang agak besar selalu berbicara dengan menggunakan bahasa jawa ngoko saja saya melihat dari suku jawa, karena entah kenapa panggilan yang mencerminkan cirri local di suku lain sepertinya masih terjaga dengan baik, misalnya panggilan tulang , opung, masih umum dikenal di telinga saya, tapi di suku jawa semakin sukar menemukannya untuk generasi muda yang baru sekolah saya berpikir, apakah ini sebagai wujud dari rasa keminderan bangsa initerkhusus suku Jawa sehingga terkesan kuno kalau masih memanggil pak lek dan bu lek pada paman dan bibi mereka. Apakah mungkin ini juga dampak dari penjajahan sekian tahun oleh bangsa barat sehingga dalam alam bawah sadar bangsa, terkhusus suku jawa ini ada suatu keminderan bahwa mereka lebih inferior daripada bangsa asing sehingga harus menggunakan istilah istilah yang lebih keren karena modern sama halnya dengan budaya asing, terutama barat dan istilah local itu mencerminkan sebuah ketertinggalan?Hmmm, jadi ingat kalau nonton film film jepang, mereka memanggila ayah dan ibu mereka bukan dengan papa mama seperti layaknya di berbagai belahan dunia yang lain, tapi mereka memangil dengan oka san dan oto san, pelafalannya jauh berbeda dengan papa mama papi mami, artinya itu bahasa local mereka. Sebagai bangsa yang dianggap Negara maju, mereka tidak terpengaruh dengan itu dan tetap mempertahankan cirri. Itu kalau yang di film lho ya , nggak tau kalau di dunia nyata siapa tahu generasi mudanya memanggil mummy and daddy, hahahahaha. Itu sungguh sebuah contoh budaya yang dipertahankan walau globalisasi terjadi di dunia ini sementara mereka adalah Negara yang sangat saja kita memang sudah harus siap siap bahwa istilah panggilan local ini kelak hanya akan menjadi perbendaharaan bahasa jawa tapi tidak pernah digunakan lagi dalam kehidupan sehari hari. Begitu juga dengan sebutan paman dan bibi mungkin hanya akan menjadi perbedaharaan yang digunakan masyarakat Indonesia dulu tapi tidak di gunakan lagi pada generasi mendatang, mungkin 20-30 tahun lagi. Salam sejahtera bagi kita semua. Lihat Sosbud Selengkapnya

panggilan paman dan bibi dalam bahasa bali