JikaMoms dan Dads sedang menanti kelahiran bayi perempuan, berikut ini beberapa inspirasi nama bayi perempuan Kristen yang unik untuk Anda lirik. Abigail: dalam bahasa Ibrani berarti kebahagiaan seorang ayah. Abilene: nama sebuah tempat dalam kisah Alkitab, yang dalam bahasa Ibrani artinya tanah padang rumput. Bethany: dalam bahasa Indonesia Dalamagama Kristen, pemberian nama biasanya diambil dari Alkitab. Nama-nama itu sebagian besar berasal dari bahasa Ibrani. Nama-nama itu sebagian besar berasal dari bahasa Ibrani. Tidak hanya mengandung doa, nama dari Alkitab juga bisa merupakan tokoh Kristiani yang semasa hidupnya mengabdi pada Tuhan dan ajarannya. 1 Allah. Dalam Alkitab, nama pertama yang olehnya Allah disebut adalah Allah. Dalam Perjanjian Lama, ada setidaknya tiga kata Ibrani yang berbeda untuk Allah, yaitu Elohim, El, dan Eloah, masing-masing dengan makna yang berbeda. Ketika diubah dengan ditambahkan ke nama-nama ini, maka dihasilkan nama majemuk. Elohim. Moms sedang mencari nama bayi laki-laki Kristen?. Ada banyak nama bayi laki-laki Kristen dengan beragam makna indah yang bisa Moms and Dads pilih untuk Si Kecil.. Umumnya nama bayi laki-laki Kristen banyak terinspirasi dari tokoh-tokoh yang ada di Alkitab.. Namun dalam pemilihannya, Moms and Dads jangan asal memberi nama untuk Si Kecil. Moms and Dads harus mempertimbangkan dengan 4JUVVUB. Lori Official Writer Di Perjanjian Lama, Alkitab mencatat sejumlah nama makhluk-makhluk raksasa langka baik yang hidup di darat maupun yang hidup di air. Di antaranya terdapat dalam kitab Ayub, Mazmur, Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel. Para pakar sejarah dan ahli Alkitab mencatat bahwa kitab Ayub adalah kitab tertua di dunia. Meski begitu kesimpulan ini masih belum final karena masih sulit untuk mengungkapkan fakta sebenarnya kapan kitab Ayub ini ditulis. Jadi anggapan ini menyatakan bahwa kitab Kejadian ini pun dituliskan tidak mendahului dari penulisan kitab Ayub. Full Life Bible mengatakan bahwa Ayub hidup sejaman dengan Abraham. Hal ini didasarkan dari penemuan bahwa Ayub masih hidup 140 tahun setelah penulisan peristiwa-peristiwa dalam kitab ini. Yang berarti usia Ayub mencapai hampir 200 tahun. Sementara Abraham mencapai usia 175 tahun. Sesudah itu, Ayub masih hidup selama 140 tahun lamanya. Dia bahkan masih sempat melihat anak-anak dan cucu-cucunya sampai keturunan yang ke-4. Itu sebabnya, kitab Ayub mencatat lebih banyak tentang hewan-hewan raksasa. Hewan tersebut diantaranya adalah Rahab Salah satu nama binatang langka yang tercatat dalam Alkitab adalah Rahab Ayub 9 13. Menurut ahli kitab Ibrani dan ahli budaya Yahudi yaitu Rav. Ashi dan Ravina II, menyebutkan bahwa Rahab yang dimaksud adalah sejenis monster laut. Phoenix Binatang kedua adalah Phoenix Ayub 29 18. Ini dicatat oleh ahli sejarah bernama Yeshua Ben Sirah dan Rabbi Hoshiah. Mereka mengatakan bahwa Phoenix adalah burung besar berapi. Tanin Dalam Alkitab bahasa Inggris, tanin disebut tanniyn, yang diterjemahkan dalam berbagai arti. Kadang-kadang sebagai monster laut, kadang-kadang sebagai ular. Tapi tanin paling akrab disebut sebagai naga. Tanniyn merupakan semacam reptile laut raksasa. Baca Juga FaktaAlkitab Lokasi Tempat “Allah yang Menaburkan Benih” Saat ini Behemoth Behemoth adalah binatang langka yang paling perkasa dari semua ciptaan Allah di masa Perjanjian Lama Ayub 40 15. Dalam bahasa Ibrani Behemoth disebut dengan Bahimuth. Sementara dalam Bahasa Arab disebut Bahamut. Sementara terjemahan Septuaginta menyebutkan bahwa Behemoth sebagai vehemot dengan kata Therion atau binatang-binatang liar. Namun yang dimaksud adalah suatu binatang sebagaimana terlihat dari fakta bahwa gambaran yang diberikan tentang Behemot bukan gambaran tentang beberapa binatang melainkan hanya satu, yang biasanya dianggap kuda nil atau Hippopotamus amphibius. Malah, dalam beberapa terjemahan Alkitab ungkapan kuda nil dicantumkan dalam teks utama atau dalam catatan kaki untuk menjelaskan makhluk yang Allah maksud. BACA HALAMAN BERIKUTNYA -> Sumber Halaman 12Tampilkan Semua TIRULAH IMAN MEREKA AYUB Download ”Aku Akan Mempertahankan Integritasku!” Pria itu duduk sendirian. Sekujur tubuhnya penuh dengan bisul yang menyakitkan, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Pria itu duduk di abu, sebagai ungkapan rasa dukanya. Kepalanya tertunduk, bahunya terbungkuk. Dia bahkan tidak punya tenaga untuk mengebas lalat yang beterbangan di sekelilingnya. Dia hanya bisa menggaruk lukanya yang bernanah dengan pecahan tanah liat. Dulu dia dihormati, tapi kini dia dilupakan. Dia tidak dianggap lagi oleh teman, tetangga, dan keluarganya. Orang-orang, bahkan anak kecil, mengejek dia. Dia merasa bahwa Allahnya, Yehuwa, telah berbalik menyerang dia. Tapi dia ternyata keliru.​—Ayub 28; 1918, 22. Pria itu bernama Ayub. Di mata Allah, ”tidak ada yang seperti [Ayub] di bumi”. Ayub 18 Ratusan tahun kemudian, Yehuwa masih menganggapnya sebagai salah satu orang benar yang pernah hidup di bumi.​—Yehezkiel 1414, 20. Kita semua pasti pernah mengalami musibah dan kesulitan. Kisah hidup Ayub bisa sangat menguatkan kita. Kisah ini juga bisa mengajar kita satu sifat penting yang harus dimiliki setiap hamba Allah, yaitu integritas. Orang yang punya integritas adalah orang yang sungguh-sungguh mengabdi kepada Allah meski menghadapi kesulitan dalam hidupnya. Mari kita belajar lebih jauh tentang sifat itu dari Ayub. Yang Tidak Ayub Ketahui Kisah Ayub sepertinya ditulis oleh Musa tidak lama setelah Ayub meninggal. Dengan bimbingan dari Allah, Musa menulis bukan hanya peristiwa yang dialami Ayub, tapi juga beberapa peristiwa yang terjadi di surga. Musa mengawali kisah itu dengan menceritakan kehidupan Ayub yang menyenangkan dan bahagia. Dia kaya raya, terkenal, dan dihormati di negeri Uz, mungkin terletak di bagian utara Arab. Dia suka menolong orang yang miskin dan melindungi orang yang tidak berdaya. Ayub dan istrinya dikaruniai sepuluh anak. Tapi hal yang paling berharga dalam kehidupannya adalah hubungannya dengan Yehuwa. Dia selalu berupaya menyenangkan Yehuwa, seperti Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf yang adalah keluarga jauhnya. Seperti pria-pria setia itu, Ayub juga menjadi imam bagi keluarganya dengan mempersembahkan korban demi anak-anaknya.​—Ayub 11-5; 3116-22. Tapi tiba-tiba, ada kisah lain yang memengaruhi kehidupan Ayub. Musa mencatat apa yang terjadi di surga, yang justru tidak Ayub ketahui. Pada suatu waktu, malaikat-malaikat Yehuwa yang setia berkumpul di hadapan Allah. Setan, si malaikat pemberontak, turut hadir di sana. Yehuwa tahu bahwa Setan tidak menyukai Ayub yang setia. Jadi di depan Setan, Allah menyebutkan integritas Ayub yang luar biasa. Setan menjawab dengan nada menantang, ”Kalau Ayub tidak mendapat apa-apa, apa dia tetap takut kepada-Mu? Bukankah selama ini Engkau melindungi dia, keluarganya, dan semua miliknya?” Setan membenci orang yang mempertahankan integritasnya kepada Yehuwa. Orang seperti itu membuktikan bahwa masih ada yang mau mengabdi kepada Allah dengan tulus, berbeda dengan Setan yang memberontak dan mementingkan diri. Jadi, Setan mati-matian mengatakan bahwa Ayub melayani Allah karena ada maunya. Seandainya Ayub kehilangan semua miliknya yang berharga, Setan yakin bahwa Ayub akan mengutuki dan meninggalkan Yehuwa!​—Ayub 16-11. Tanpa Ayub sadari, Yehuwa memberinya sebuah kesempatan istimewa untuk membuktikan bahwa tuduhan Setan itu keliru. Yehuwa membiarkan Setan merenggut semua yang Ayub miliki, kecuali nyawanya. Dengan kejam, Setan pun mulai beraksi. Dalam satu hari, Ayub ditimpa serentetan musibah. Awalnya, Ayub kehilangan semua ternaknya. Sapi, keledai, domba, dan unta miliknya lenyap dalam sekejap. Para penjaga ternaknya bahkan dibunuh. Salah seorang penjaga yang selamat melaporkan bahwa ”api dari Allah”, atau mungkin kilat, memakan habis semua dombanya. Selagi Ayub masih kaget karena kehilangan harta dan hambanya, dia tertimpa musibah lain yang jauh lebih berat. Saat sepuluh anaknya sedang berkumpul di rumah anak sulung Ayub, ada angin kencang yang tiba-tiba merobohkan rumah itu dan menewaskan mereka semua!​—Ayub 112-19. Kita mungkin sulit membayangkan perasaan Ayub. Dia merobek pakaiannya, mencukur habis rambutnya, dan jatuh tersungkur. Setan dengan licik membuat semua musibah itu seolah-olah berasal dari Allah. Ayub pun menyimpulkan bahwa Allah mengambil kembali semua yang sudah Dia berikan kepadanya. Meski begitu, di luar dugaan Setan, Ayub tidak mengutuki Allah. Ayub justru berkata, ”Terpujilah nama Yehuwa selalu.”​—Ayub 120-22. Ayub tidak tahu bahwa Setan meragukan integritasnya di depan Allah ”Dia Pasti Mengutuki Engkau” Melihat itu, Setan sangat marah. Tapi, dia pantang mundur. Saat ada pertemuan para malaikat, dia datang lagi ke hadapan Yehuwa. Pada waktu itu, Yehuwa kembali memuji Ayub karena Ayub tetap setia meski menghadapi serangan Setan yang bertubi-tubi. Setan mengatakan, ”Kulit ganti kulit. Orang akan menyerahkan apa pun yang dia miliki demi mempertahankan nyawanya. Sekarang, coba ulurkan tangan-Mu dan sakiti tubuhnya. Dia pasti mengutuki Engkau di depan muka-Mu.” Kali ini, Setan yakin kalau Ayub menderita penyakit yang parah, dia pasti mengutuki Allah. Karena yakin Ayub akan setia, Yehuwa membiarkan Setan membuat Ayub sakit, asalkan dia tidak sampai membunuh Ayub.​—Ayub 21-6. Ayub pun mengalami keadaan seperti yang disebutkan di awal artikel ini. Bayangkan perasaan istrinya. Dia masih sangat terpukul karena baru saja kehilangan sepuluh anaknya. Sekarang dia harus melihat suaminya menderita penyakit parah, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa! Dia meratap, ”Sampai kapan kamu mau mempertahankan integritasmu dengan teguh? Kutuki saja Allah dan matilah!” Ayub pasti kaget karena dia tidak pernah menyangka bahwa istrinya yang tercinta mengatakan hal seperti itu. Tapi, Ayub merasa bahwa itu hanyalah ucapan yang bodoh. Dia tetap tidak mau mengutuki Allah. Dia sama sekali tidak mengucapkan kata-kata yang melawan Allah.​—Ayub 27-10. Tahukah Saudara bahwa kisah nyata ini ada hubungannya dengan Saudara? Perhatikan baik-baik bahwa tuduhan Setan tidak hanya ditujukan kepada Ayub, tapi juga kepada kita semua. Setan mengatakan, ”Orang akan menyerahkan apa pun yang dia miliki demi mempertahankan nyawanya.” Jadi, Setan merasa bahwa tidak mungkin ada manusia yang bisa berintegritas. Dia menuduh bahwa Saudara tidak tulus mengasihi Allah dan akan langsung meninggalkan-Nya kalau nyawa Saudara terancam. Setan sebenarnya mengatakan bahwa Saudara sama egoisnya dengan dia! Maukah Saudara membuktikan bahwa Setan salah? Kita semua punya kesempatan untuk melakukan itu. Amsal 2711 Tapi, masih ada lagi tantangan yang Ayub hadapi. Mari kita lihat apa yang terjadi selanjutnya. Teman-Teman Palsu Alkitab menceritakan bahwa ada tiga teman Ayub yang mendengar musibah yang Ayub alami. Mereka pun mengunjunginya untuk menghiburnya. Dari jauh, mereka hampir tidak mengenali Ayub. Sekujur tubuh Ayub penuh luka-luka yang membuat kulitnya menghitam dan dipenuhi rasa sakit. Tiga orang itu adalah Elifaz, Bildad, dan Zofar. Mereka berpura-pura ikut sedih atas penderitaan Ayub, bahkan sampai menangis dengan keras dan menghamburkan debu ke kepala mereka. Lalu, mereka duduk di dekat Ayub tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Selama seminggu, mereka hanya duduk, diam seribu bahasa. Yang mereka lakukan itu sama sekali tidak menghibur Ayub. Mereka tidak bertanya apa pun kepadanya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, padahal Ayub jelas-jelas sedang menderita.​—Ayub 211-13; 3030. Akhirnya, Ayub memutuskan untuk angkat suara. Dia meluapkan rasa sakitnya dengan mengutuki hari kelahirannya. Dia merasa sangat susah karena dia berpikir bahwa Allah yang menimpakan semua masalah atas dirinya! Ayub 31, 2, 23 Ayub memang tidak kehilangan iman, tapi dia sangat membutuhkan penghiburan. Sayangnya, saat ketiga temannya mulai bicara, kata-kata mereka sama sekali tidak menguatkan. Ayub bahkan merasa bahwa mereka lebih baik diam saja!​—Ayub 135. Elifaz adalah orang pertama yang mulai bicara. Dia sepertinya jauh lebih tua daripada Ayub dan yang tertua di antara ketiga teman Ayub. Bildad dan Zofar bisa jadi ikut-ikutan cara berpikir Elifaz yang keliru. Sekilas, kata-kata mereka kedengarannya masuk akal dan tidak salah. Mereka mengulangi pendapat banyak orang bahwa Allah itu sangat mulia dan bahwa Dia menghukum orang jahat serta memberkati orang baik. Tapi, mereka sebenarnya sama sekali tidak berniat untuk menghibur Ayub. Misalnya, Elifaz menuduh bahwa Ayub pasti sudah berbuat dosa dan menyimpulkan bahwa dia sedang dihukum Allah.​—Ayub 41, 7, 8; 53-6. Ayub tentu tidak terima tuduhan itu. Dia langsung membantah kata-kata Elifaz. Ayub 625 Tapi, ketiga orang itu justru semakin yakin bahwa Ayub pasti berupaya menyembunyikan kesalahannya. Mereka merasa bahwa Ayub memang pantas menerima hukuman dari Allah. Elifaz menuduh Ayub lancang, jahat, dan tidak takut lagi kepada Allah. Ayub 154, 7-9, 20-24; 226-11 Zofar menyuruh Ayub berhenti berbuat jahat dan berhenti menikmati hal-hal yang berdosa. Ayub 112, 3, 14; 205, 12, 13 Tapi, yang paling menyakitkan adalah kata-kata Bildad. Dia merasa bahwa anak-anak Ayub pantas dihukum mati karena mereka melakukan suatu dosa!​—Ayub 84, 13. Tiga teman Ayub tidak membuatnya terhibur, tapi malah semakin membuatnya tertekan Apakah Integritas Memang Ada Gunanya? Ketiga pria itu tidak berhenti sampai di sana. Mereka tidak hanya meragukan integritas Ayub, tapi juga mempertanyakan apakah integritas itu memang masih ada gunanya! Elifaz mengawali kata-katanya dengan menceritakan bahwa dia melihat penampakan yang menyeramkan. Setelah bertemu roh jahat itu, Elifaz menyimpulkan bahwa Allah ”tidak percaya kepada hamba-hamba-Nya, dan Dia mencari kesalahan para malaikat-Nya”. Dengan kata lain, Elifaz mengatakan bahwa tidak ada manusia yang bisa menyenangkan Allah. Lalu, Bildad menambahkan bahwa manusia itu tidak ada bedanya dengan seekor belatung. Jadi, Bildad menyimpulkan bahwa bagi Allah, tidak ada gunanya apakah Ayub setia atau tidak!​—Ayub 412-18; 1515; 222, 3; 254-6. Pernahkah Saudara menghibur orang yang sedang mengalami kesusahan yang berat? Pasti itu tidak mudah. Ada pelajaran penting yang bisa kita dapatkan dari kisah ini. Dari teman-teman palsu Ayub, kita bisa tahu hal-hal apa saja yang tidak boleh kita ucapkan. Kata-kata mereka mungkin terdengar hebat dan masuk akal, tapi mereka sama sekali tidak punya rasa kasihan kepada Ayub. Mereka bahkan tidak pernah menyebut nama Ayub sewaktu berbicara kepadanya! Mereka tidak peduli perasaan Ayub yang sedang berduka dan tidak bersikap lembut kepadanya. a Jadi, kalau ada orang yang sedang susah, cobalah untuk tetap ramah, lembut, dan baik hati. Hibur dia dan bantu agar imannya bisa tetap kuat. Dengan begitu, dia bisa terus mengandalkan Allah dan percaya bahwa Allah itu sangat baik, berbelaskasihan, dan adil. Seandainya ketiga teman Ayub yang mengalami musibah, Ayub pasti akan menghibur mereka. Ayub 164, 5 Tapi, Ayub tidak mendapatkan perlakuan seperti itu dari teman-temannya. Jadi, bagaimana tanggapan Ayub? Apakah kata-kata mereka ada pengaruhnya atas integritas Ayub? Ayub Tetap Tegar Sebelum perdebatan itu terjadi, Ayub sebenarnya sudah tertekan dengan berbagai musibah yang dia alami. Dia sendiri mengakui bahwa kesulitannya membuat dia seperti ”orang yang putus asa” sehingga dia kadang ”bicara sembarangan”. Ayub 63, 26 Kita bisa memakluminya karena Ayub pasti sedang merasa susah. Kata-kata Ayub juga menunjukkan bahwa dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semua musibah yang menimpa Ayub dan keluarganya terjadi secara mendadak dan tampaknya tidak mungkin disebabkan oleh manusia. Jadi, Ayub mengira bahwa Yehuwa-lah penyebabnya. Tapi, Ayub membuat kesimpulan yang keliru karena dia tidak tahu beberapa peristiwa penting yang terjadi di surga. Meski begitu, Ayub tetap punya iman yang teguh dan kuat. Imannya kelihatan jelas dari kata-katanya selama perdebatan yang panjang itu. Kata-katanya masih menyentuh hati, menguatkan, dan bermanfaat bagi kita sekarang. Misalnya, sewaktu Ayub memuliakan Allah atas karya ciptaan-Nya yang menakjubkan, dia menyebutkan hal-hal yang tidak mungkin diketahui manusia kalau bukan Pencipta sendiri yang memberitahukannya. Sebagai contoh, jauh sebelum para ilmuwan mengetahuinya, Ayub mengatakan bahwa Yehuwa ”menggantung bumi di kekosongan”. b Ayub 267 Selain itu, sewaktu Ayub membicarakan tentang harapan di masa depan, dia punya harapan yang sama seperti yang dimiliki oleh orang-orang setia lainnya. Ayub percaya bahwa seandainya dia mati, Allah akan mengingat dia, merindukan dia, dan menghidupkan dia lagi.​—Ayub 1413-15; Ibrani 1117-19, 35. Nah, bagaimana dengan pandangan ketiga teman palsu Ayub tentang integritas? Mereka berpendapat bahwa integritas manusia tidak ada gunanya bagi Allah. Apa Ayub ikut-ikutan terpengaruh pandangan mereka? Sama sekali tidak! Ayub sangat yakin bahwa integritas itu penting bagi Allah. Tanpa ragu, Ayub mengatakan tentang Yehuwa ”Dia mengetahui integritasku.” Ayub 316 Tidak hanya itu, Ayub juga menunjukkan bahwa tuduhan teman-temannya tentang integritasnya itu keliru. Jadi, dia membuat pembelaan panjang yang akhirnya bisa membungkam mereka. Ayub mengerti bahwa integritas itu berarti tetap setia dalam segala hal. Dia menjelaskan apa saja yang dia lakukan setiap hari untuk mempertahankan integritasnya. Misalnya, dia tidak mau melakukan segala bentuk penyembahan berhala. Dia juga bersikap baik dan sopan kepada orang lain. Dia tidak berpikiran dan berbuat cabul serta menghormati perkawinannya. Yang terutama, dia tetap setia dan mengabdi kepada satu-satunya Allah yang benar, Yehuwa. Itulah sebabnya Ayub bisa dengan yakin mengatakan, ”Sampai mati aku akan mempertahankan integritasku!”​—Ayub 275, catatan kaki; 311, 2, 9-11, 16-18, 26-28. Ayub tetap mempertahankan integritasnya Tirulah Iman Ayub Apakah Saudara setuju dengan pandangan Ayub tentang integritas? Memang mudah untuk mengatakan bahwa kita punya integritas, tapi yang penting adalah membuktikannya lewat tindakan kita. Kalau kita sungguh-sungguh mengabdi kepada Allah, kita akan menaati Dia dan melakukan apa yang Dia sukai dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sewaktu kita sedang susah. Dengan begitu, seperti yang Ayub lakukan dulu, kita bisa membuat Yehuwa senang dan membuat Setan gigit jari. Inilah cara terbaik untuk meniru iman Ayub! Tapi, kisah Ayub belum berakhir. Ayub lupa satu hal yang paling penting. Dia hanya membela dirinya sendiri, sampai-sampai dia lupa membela nama baik Yehuwa. Jadi, Ayub perlu dinasihati dan dibantu supaya punya pandangan yang benar. Selain itu, dia perlu segera dihibur karena masih sangat sedih dan menderita. Apa yang Yehuwa lakukan untuk hamba-Nya yang beriman dan setia ini? Artikel berikut akan menjawabnya. Di negeri Uz, ada seorang pria yang menyembah Yehuwa. Namanya Ayub. Dia sangat kaya dan punya banyak anak. Dia baik hati dan suka menolong orang miskin, wanita yang suaminya sudah meninggal, dan anak-anak yang tidak punya orang tua. Tapi, apakah itu berarti dia tidak pernah punya masalah? Setan memperhatikan Ayub, tapi Ayub tidak tahu. Yehuwa berkata kepada Setan, ’Apa kamu lihat Ayub hamba-Ku? Di bumi, tidak ada yang seperti dia. Dia mendengarkan Aku dan melakukan yang benar.’ Setan menjawab, ’Tentu saja dia taat kepada-Mu. Engkau melindungi dan memberkati dia. Engkau memberi dia tanah dan binatang. Coba ambil semuanya, dia pasti tidak mau lagi menyembah Engkau.’ Yehuwa berkata, ’Kamu boleh menguji Ayub. Tapi, kamu tidak boleh membunuh dia.’ Kenapa Yehuwa mengizinkan Setan menguji Ayub? Karena Yehuwa yakin Ayub akan tetap setia. Setan pun menggunakan beberapa bencana untuk menguji Ayub. Pertama-tama, semua sapi dan keledai Ayub dicuri orang Syeba. Lalu, semua domba Ayub dibakar habis. Setelah itu, unta-untanya dicuri orang Khaldea. Para penjaga binatang itu dibunuh. Kemudian, bencana yang paling buruk terjadi. Semua anak Ayub mati karena rumah tempat mereka berpesta roboh. Ayub sedih sekali, tapi dia terus setia kepada Yehuwa. Setan mau Ayub lebih menderita. Jadi, dia menyebabkan seluruh tubuh Ayub penuh bisul. Ayub sangat kesakitan. Dia tidak tahu kenapa semua itu terjadi. Tapi, Ayub tetap setia kepada Yehuwa. Karena itu, Allah sangat senang kepada Ayub. Lalu, Setan mengirim tiga pria untuk menguji Ayub. Mereka berkata, ’Kamu pasti berbuat dosa dan mencoba menyembunyikannya. Allah sedang menghukummu.’ Ayub berkata, ’Aku tidak berbuat salah.’ Tapi, lama-lama Ayub mulai berpikir bahwa Yehuwa yang menyebabkan semua masalahnya. Ayub berkata bahwa Allah tidak adil kepadanya. Seorang anak muda bernama Elihu ikut mendengarkan pembicaraan mereka. Lalu dia berkata, ’Kalian semua salah. Yehuwa lebih hebat daripada yang kita tahu. Dia tidak akan pernah berbuat jahat. Dia melihat semuanya dan selalu menolong orang yang punya masalah.’ Lalu Yehuwa berkata kepada Ayub, ’Kamu ada di mana waktu Aku membuat langit dan bumi? Kenapa kamu bilang Aku tidak adil? Kamu hanya bicara, padahal ada banyak hal yang tidak kamu tahu.’ Ayub mengaku salah dan berkata, ’Aku salah. Sebelumnya, aku sudah dengar tentang Engkau, tapi sekarang aku benar-benar tahu siapa Engkau. Engkau bisa lakukan apa saja. Maafkan aku.’ Saat ujian itu berakhir, Yehuwa menyembuhkan Ayub dan memberi dia lebih banyak harta daripada sebelumnya. Ayub berumur panjang dan hidup bahagia. Yehuwa memberkati Ayub karena Ayub menaati Dia meski sulit. Apa kamu mau seperti Ayub dan terus setia kepada Yehuwa, tidak soal apa pun yang terjadi? ”Kalian mendengar tentang ketekunan Ayub, dan kalian melihat berkat yang Yehuwa berikan.”​—Yakobus 511 Ayb. 27-10 Segala harta, juga anak-anak, Ayub telah musnah. Kehidupan Ayub jatuh ke titik nadir. Barah busuk pun ada di sekujur tubuhnya, dari telapak kaki hingga kepala. Saking gatalnya, Ayub merasa perlu mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya. Sudah jatuh, ketimpa tangga. Harta tiada, tubuh pun menderita. Namun, derita Ayub belum selesai. Sang istri yang sangat mengerti tabiat Ayub tak bisa menahan diri. Dengan lugas dia berkata, ”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!” Ayb. 29. Sudah jatuh, ketimpa tangga, lalu koma. Meski demikian, janganlah kita terlalu menyalahkan istri Ayub. Ia sangat mengenal Ayub. Dalam konsep zaman itu—juga masih banyak dianut hingga kini, saleh diberkati, jahat dikutuk. Ia sangat mengenal suaminya. Dia tahu Ayub saleh. Jadi, dalam kasus ini yang patut dipersalahkan bukan Ayub, tetapi Allah. Sehingga ia meminta Ayub untuk mengutuki Allah, yang telah bertindak tidak adil, dan bunuh diri. Istri Ayub tak mampu memahami dan menerima apa yang terjadi pada suaminya. Ia agaknya merasakan penderitaan Ayub. Ketika kehilangan harta dan anak, istri Ayub masih bisa bertahan. Tidak terdengar satu kata pun dari bibirnya. Usulan sang istri agar Ayub bunuh diri, sejatinya bukanlah karena dia tidak sayang lagi dengan suaminya. Kemungkinan besar karena dia sangat menyayangi Ayub. Ayub tak sepakat dengan istrinya. Ia malah memarahi istrinya. Ayub berkata, ”Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Ayb. 210. Dan perempuan itu pun diam. Kita bisa belajar dari sepasang suami-istri ini. Mereka tetap bertahan dalam penderitaan. Mereka tetap menjadi suami-istri. Alkitab mencatat bahwa sang istri tidak pernah meninggalkan suaminya. Dia memang tidak dapat menerima apa yang terjadi pada suaminya. Dia juga tidak bisa memahami pola pikir dan pola iman suaminya. Namun, ia tetap setia mendampingi suaminya. Dia tidak meninggalkan Ayub. Bahkan, ketika Ayub menghardiknya sebagai perempuan gila, perempuan itu tidak menjawab apa-apa. Agaknya, ia sadar telah berbuat salah. Diam adalah jawaban terbaik saat itu. Itulah yang bisa kita pelajari darinya. Silence is gold. Yoel M. Indrasmoro Literatur Perkantas Nasional APAKAH engkau merasa kasihan kepada orang yang sakit ini? Namanya adalah Ayub, dan perempuan itu adalah istrinya. Tahukah kau apa yang ia katakan kepada Ayub? ’Sumpahi Allah lalu matilah.’ Mari kita lihat mengapa ia sampai berkata demikian dan mengapa Ayub begitu menderita. Ayub adalah seorang yang setia dan patuh kepada Yehuwa. Ia tinggal di tanah Us, tidak jauh dari Kanaan. Yehuwa sangat mengasihi Ayub, tetapi ada seseorang yang membencinya. Tahukah engkau siapa itu? Ia adalah Setan si Iblis. Jangan lupa, Setan itu adalah malaikat yang jahat yang membenci Yehuwa. Ia telah berhasil membuat Adam dan Hawa tidak mematuhi Yehuwa, dan ia kira dapat membuat siapa saja tidak patuh kepada Yehuwa. Berhasilkah ia? Tidak. Ingat betapa banyaknya orang yang setia, laki-laki maupun perempuan yang telah kita ketahui. Berapa orang yang dapat kau sebut namanya? Setelah Yakub dan Yusuf meninggal di Mesir, Ayublah orang yang paling setia kepada Yehuwa di seluruh muka bumi. Yehuwa ingin agar Setan mengetahui bahwa ia tidak dapat membuat semua orang menjadi jahat, maka Yehuwa berkata, ’Lihatlah Ayub. Lihat betapa setia ia kepada-Ku.’ ’Ia setia,’ Setan berkata, ’karena Engkau memberkatinya sehingga ia memiliki banyak hal-hal yang baik. Tetapi bila Engkau mengambil semua miliknya itu dari padanya, tentu ia akan menyumpahi Engkau.’ Maka berkatalah Yehuwa, ’Silakan. Ambillah semua miliknya. Berbuatlah segala hal yang jahat terhadap Ayub. Kita akan lihat apakah ia nanti akan menyumpahi Aku. Hanya janganlah engkau membunuh dia.’ Pertama-tama Setan mendatangkan perampok-perampok, lalu mereka mencuri semua ternak, domba-domba dan unta-unta milik Ayub. Setelah itu ia membunuh semua anak lelaki dan anak perempuan Ayub dengan mendatangkan sebuah badai. Selanjutnya Setan menghantam Ayub dengan penyakit yang hebat. Ayub sangat menderita. Oleh sebab itu istri Ayub berkata kepadanya, ’Sumpahi Allah lalu matilah.’ Tetapi Ayub tidak melakukan itu. Juga tiga orang teman Ayub yang curang datang dan berkata kepada Ayub, bahwa Ayub telah menjalani suatu cara hidup yang tidak baik. Tetapi Ayub tetap setia. Hal ini membuat Yehuwa sangat senang, sehingga setelah itu Ia memberkati Ayub, seperti yang engkau lihat dalam gambar. Ia menyembuhkan Ayub dari penyakitnya. Ayub memperoleh lagi 10 anak-anak yang cantik, ternak, domba dan unta sebanyak dua kali lipat daripada yang pernah ia miliki sebelumnya. Apakah engkau akan setia terus kepada Yehuwa seperti Ayub? Jika demikian halnya, maka Allah akan memberkati engkau juga. Engkau akan dapat hidup selama-lamanya, apabila seluruh bumi ini akan dijadikan sama indahnya seperti taman Eden.

nama istri ayub dalam alkitab